traitor?

ruangmimpi
4 min readSep 19, 2023

--

cr : pinterest

Carissa berjalan menuju ke ruangan BEM. Dia membawa sebuah kotak bekal yang terisi pizza buatannya tadi. Gadis itu berjalan dengan riang gembira.

Sesampainya di depan pintu, Carissa mengintip sedikit di jendela. Ternyata ruangan BEM sedang sepi pada saat itu. Mungkin saja karna ini bukan jadwal mereka rapat.

Oh iya, mungkin banyak yang bingung kok Gio masih sering bolak-balik ke ruang BEM sih, padahal Gio dan Carissa sudah habis masa jabatannya di tahun lalu?

Jadi begini, dia emang udah bukan ketua BEM lagi, tapi masih ada program-program yang dia sudah kerjakan kemarin, yang mana itu butuh laporan acaranya. Gio masih harus mengurus itu semua.

Pintu ruangan tersebut memang sudah terbuka sedari tadi. Carissa pun melangkah masuk dengan perlahan. Takut kekasihnya itu mengetahui keberadaannya.

Ketika sampai di dalam, langkah kaki gadis itu terhenti. Dia terdiam mematung. Tatapannya mengarah ke dua orang yang sedang duduk di sofa. Seorang lelaki dan perempuan. Tangan mereka berdua sedang bertaut.

Ya, lelaki itu adalah Gio. Dan perempuannya adalah Clara.

Entah apa yang ada dipikiran Carissa pada saat ini. Tubuhnya memanas, tanpa sadar air matanya pun perlahan jatuh membasahi pipinya.

Tanpa bersuara, gadis itu langsung membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Carissa berlari sambil berderai air mata. Entah mau sampai mana dia akan berlari. Yang terpenting sekarang, dia ingin pergi menjauh dari tempat itu.

Setelah lelah berlari, Carissa pun duduk di bangku yang ada di taman kampus. Dia berusaha mengusap air matanya, namun tak kunjung berhenti jatuh.

Mengapa kekasihnya itu mengingkari janjinya? Mengapa dia setega itu sama aku? Padahal hubungan mereka akhir-akhir ini sudah mulai membaik. Akan tetapi kenapa dia malah mengacaukan ini semua?

Tiba-tiba ada seorang lelaki yang menghentikan langkahnya tepat di depannya. Ada uluran sapu tangan yang terlihat di depan Carissa.

Gadis itu mendongak. Terlihat Abian sedang tersenyum menatap wajahnya.

“dasar cengeng!”

“nih, ambil. ingus lu tuh kemana-mana.”

Carissa mengambil sapu tangan itu. Lalu, Abian duduk di sampingnya.

“sialan lu, Yan.”

“kenapa lagi lu, hah?”

“gapapa.”

“anying. cewe banget jawabannya.”

“kan gue emang cewe??”

“lah iya juga.”

“lu kalo mau ngajakin gue berantem jangan sekarang deh. gue lagi gaada tenaga.”

“yaelah, pd amat sih lu, ca. orang gua mau minjem duit.”

Carissa sontak memukul lengan lelaki itu.

“bisa gak lu gausah nyebelin? sehari ini aja. bisa?”

Abian menjulurkan lidahnya ke depan.

“nyenyenye. siapa lu nyuruh-nyuruh gua.”

“BIAN! UDAH SANA PERGI LU! JAUH-JAUH DARI GUE!”

Gadis itu mendorong tubuh Abian ke samping.

“ca, apaan sih lu.”

“gua bantuin bukannya bilang makasih, malah diusir anjir.”

“ya abisnya lu nyebelin.”

Mata Abian teralih pada kotak bekal yang ada di sebelahnya.

“wah, ada makanan nih.”

Baru saja tangan Abian ingin mendekat, tangannya langsung ditepis oleh Carissa.

“PUNYA GUE!”

“yaelah ca. bagi dikit, gua laper nih.”

“ini buat gio bukan buat lu.”

“lah? terus kenapa ga dikasih?”

“orangnya lagi berduaan sama sahabat kecilnya.”

“anjing si Gio!”

“bisa-bisanya nolak makanan se-enak ini.”

Carissa memukul lengan lelaki di sampingnya (lagi).

“dia belum ketemu gue anjir. pikiran lu isinya makanan semua ya?”

“iyalah. food is number one.”

“gue titip ini ya, tolong kasih ke gio.”

“kenapa ga kasih langsung aja?”

“males.”

“oke. pesan diterima.”

“awas aja ya lu ikutan makan!”

“iye bawel.”

“yaudah, gua ke ruang BEM dulu.”

“lu jangan nangis mulu, ca. makin jelek muka lu ntar.”

“sialan lu!”

Setelah sampai di dalam ruang BEM, Bian menoleh ke samping. Tidak ada Clara disini, hanya ada Gio yang sedang memainkan ponselnya.

“woi!”

“anjir!”

“ngapain lu disini?”

“lu sendirian, yo?”

“yang lu liat gimana?”

“ngapain lu?”

Abian menyodorkan kotak bekal yang dititipkan oleh Carissa tadi.

“dari cewe lu tersayang.”

“wih, apanih?”

Gio langsung mengambil kotak bekal tersebut, lalu membukanya. Dia tersenyum.

“wah gila. enak banget anjir.”

“bagi dong bro.”

“nih, ambil.”

Gio menyodorkan kotak bekal ke depan lelaki itu. Belum sempatkan mengambil, kotak bekal itu langsung ditarik kembali oleh Gio.

“enak aja lu! beli sendiri lah!”

“gausah bangga gitu cok. tadi gua liat Caca nangis di taman.”

Mata Gio langsung melotot.

“hah? kenapa dia?”

“lu abis ketemu Clara, kan?”

“ANJING, YAN!”

“jangan bilang dia salah paham ngeliat gua sama Clara?”

“kayaknya sih gitu.”

“lagian lu ngapain sih ketemu tu cewe lagi, hah? mau cari ribut lu?”

“kaga anjir. malah itu tadi pertemuan gua sama dia yang terakhir.”

“terakhir?”

“iya, gua udah cerita semua yang gua sama caca alamin kemaren. dan dia ngerti itu.”

“anjrit. lu harus cepet-cepet jelasin ke dia sih cok.”

“sekarang dia dimana?”

“terakhir gua liat sih di taman.”

“yaudah, gua kesana sekarang. thanks infonya brok.”

“yoi, good luck!”

--

--

ruangmimpi
ruangmimpi

No responses yet